Sukses

Baidu, Alibaba, dan Sederet Perusahaan Teknologi Tiongkok Ikut Tantang ChatGPT

Sederet perusahaan teknologi Tiongkok tak mau kalah dalam perlombaan AI, seiring dengan popularitas ChatGPT OpenAI baru-baru ini

Liputan6.com, Jakarta - Popularitas ChatGPT besutan OpenAI yang sedang naik daun, tampaknya membuat sederet perusahaan teknologi Tiongkok untuk ikut berlomba-lomba dalam mengembangkan penantang chatbot AI buatan mereka sendiri.

Mengutip Nikkei Asia, Senin (13/2/2023), Alibaba Group, Tencent, Baidu, NetEase, hingga JD.com, baru saja mengungkapkan rencana mereka untuk menguji dan meluncurkan layanan mirip ChatGPT sendiri dalam waktu dekat.

Saham Baidu melonjak ke level tertinggi dalam 11 bulan, usai mereka mengumumkan rencana peluncuran Ernie Bot yang mirip ChatGPT, yang dibangun di atas teknologi, yang menurut perusahaan sudah digarap sejak 2019.

Baidu pun berencana menyelesaikan uji coba internal mereka pada Maret, sebelum meluncurkan chatbot AI itu untuk umum.

Sementara, Alibaba juga mengatakan sedang menguji alat yang mirip ChatGPT secara internal, meski mereka tidak mengungkapkan detailnya lebih lanjut.

Tencent juga mengonfirmasi rencana mereka untuk penantang ChatGPT dan konten yang dihasilkan AI, dengan mengatakan penelitian yang relevan sedang dilakukan "secara tertib."

JD.com, juga menyebut mereka berencana mengintegrasikan beberapa teknologi yang mendukung aplikasi seperti ChatGPT, seperti pemrosesan bahasa alami, dalam layanannya sendiri.

ByteDance juga kabarnya meluncurkan inisiatif di laboratorium AI-nya, sebuah penelitian tertentu untuk mendukung realitas virtual Pico. Namun, narasumber yang mengetahui masalah itu mengatakan laporan tersebut salah.

2 dari 4 halaman

Ketidakpastian Soal Chatbot

Dikutip dari Tech Crunch, tidak seperti banyak platform internet Barat lainnya, ChatGPT belumlah diblokir di Tiongkok.

Namun waktu tunggu yang lama, dan tidak bisanya pengguna sign up menggunakan nomor telepon Tiongkok, membuatnya tetap ada penghalang di antara mereka.

Analis mengatakan, banyak perusahaan Tiongkok melihat teknologi seperti ChatGPT, sebagai pendorong pertumbuhan jangka panjang untuk produk mereka.

Namun Kai Wang, analis ekuitas senior untuk Morningstar Asia Limited, memperingatkan ketidakpastian mengenai bagaimana chatbot akan bekerja di Tiongkok, karena produk ini masih dalam tahap pengembangan.

"Ada banyak ketidakpastian atas lanskap persaingan, regulasi, dan pada akhirnya, seberapa baik kinerjanya pada tahap ini," katanya kepada Nikkei Asia.

"Kita juga harus berhati-hati tentang bagaimana monetisasi produk ini akan bekerja dan seberapa dilutifnya margin mereka dalam jangka panjang," imbuh Wang.

3 dari 4 halaman

Chatbot AI Bard Salah Beri Contoh Jawaban

Google sebelumnya telah memperkenalkan chatbot AI penantang ChatGPT OpenAI, Bard, dan diklaim akan tersedia dengan lebih luas untuk umum dalam beberapa pekan mendatang.

Masalahnya, dikutip dari The Verge, Jumat (10/2/2023), dalam penampilan demo pertamanya, chatbot AI Bard sudah membuat kesalahan faktual.

Google melalui sebuah GIF di Twitter, membagikan bagaimana Bard menjawab pertanyaan: "Penemuan baru apa dari Teleskop Luar Angkasa James Webb yang dapat saya ceritakan kepada anak saya yang berusia 9 tahun?"

Google Bard kemudian menawarkan tiga poin, termasuk yang menyatakan bahwa teleskop itu "mengambil gambar pertama dari sebuah planet di luar tata surya kita sendiri."

Mengutip New York Post, contoh itu diambil untuk mendeskripsikan bagaimana chatbot AI bisa menjadi "launchpad untuk rasa ingin tahu dan dapat membantu menyederhanakan topik yang kompleks."

4 dari 4 halaman

Saham Alphabet Anjlok Gara-Gara AI Google Salah

Namun dari situ, sejumlah astronom pun membalas cuitan itu dengan menunjukkan pernyataan tersebut tidaklah benar, dan gambar pertama dari planet ekstrasurya diambil pada 2004, seperti yang juga dinyatakan oleh NASA.

"Saya yakin Bard akan mengesankan, tetapi sebagai catatan: JWST tidak mengambil 'gambar pertama dari sebuah planet di luar tata surya kita,'" cuit ahli astrofisika Grant Tremblay.

Tremblay menambahkan, gambar pertama tersebut diambil dengan VLT/NACO menggunakan optik adaptif.

"Berbicara sebagai seseorang yang mencitrakan exoplanet 14 tahun sebelum JWST diluncurkan, sepertinya Anda harus menemukan contoh yang lebih baik?," kata Bruce Macintosh, Direktur University of California Observatories di UC Santa Cruz.

Meski kesalahan terjadi saat demonstrasi produk, namun hal ini juga berdampak pada merosotnya saham induk Google Alphabet.

Saham Alphabet dilaporkan merosot 7,4 persen, atau kehilangan nilai pasar setara USD 100 miliar, karena pengguna media sosial bereaksi terhadap kegagalan Bard.

(Dio/Ysl)